0





Jenggot atau janggut, sejak jaman baheula dianggap sebagai simbol kejantanan, kebijaksanaan dan kekuatan. Jenggot memberikan aksen pada garis rahang, memunculkan citra mendalam tentang kekasaran dan kekuatan.


Hasil riset yang terbaru dilakukan oleh Behavioural Ecology membuktikan bahwa wanita yang kurang terekspos dengan budaya pop menganggap pria berjenggot kurang menarik, tetapi grup wanita yang sama juga menganggap bahwa pria berjenggot lebih terhormat dan berkuasa dari pria klimis yang tercukur bersih.
Hal tersebut bertolak belakang dengan teori yang pernah dikeluarkan oleh Darwin( yup, Darwin yang sama dengan Darwin Teori Evolusi) bahwa jenggot berevolusi sesuai pilihan wanita sebagai aksesoris maskulin yang sangat menarik.


Sejak zaman manusia gua hingga Abraham Lincoln, jenggot menjadi fitur yang mengintimidasi. Pada
jaman prasejarah, laki-laki memelihara jenggot untuk melindungi wajah agar tetap hangat sebagai salah satu alasan.
Pada zaman kuno, jenggot teramat sangat penting, memotong adalah hukuman dan sangat tidak terhormat.
Tetapi pada zaman Alexander Agung (sekitar 345SM), dia memerintahkan serdadunya memangkas habis jenggot mereka, kuatir musuh akan menarik jenggot mereka saat dalam pertempuran.


Sejak itu, penerimaan jenggot oleh masyarakat terus berfluktuasi, muncul dan tenggelam silih berganti.
Beberapa tahun terakhir ini barulah jenggot kembali jadi trend, dipakai oleh hampir tiap orang, dari atlit profesional sampai seniman eksentrik. Tetapi tak semua pria bisa menikmati kesenangan punya jenggot.
Beberapa pria tak bisa menumbuhkan jenggot, seberapapun kerasnya usaha mereka. Mereka punya yang disebut dengan “sindrom baby face abadi”. Ini bukan kondisi medis yang sebenarnya, namun tetap saja banyak pria yang menderita karenanya.
Jenggot diproduksi oleh senyawa kimia yang dikenal sebagai dihydrotestosterone, yang disintesa dari testosterone –hormon yang menstimulasi karakteristik seksual dan pertumbuhan pria.
Kemampuan menumbuhkan jenggot didiktekan oleh cara tubuh pria bereaksi pada hormon testosterone.

Secara umum, kebanyakan pria punya level testosterone yang hampir sama. Tapi seperti yang ditajuk New York Times, pria yang berjenggot tebal lebih sensitif, atau responsif pada testosterone dibanding rekan mereka yang baby face.
Dengan kata lain, kapasitas menumbuhkan jenggot gak ada hubungannya dengan kelelakian, kejantanan atau level testosterone, tetapi semua yang berhubungan dengan genetik. Jadi salahkan Bunda dan Ayah jika kamu tak bisa tumbuh jenggot.
Tak bisa menumbuhkan jenggot bukan masalah medis, dan tak ada yang bisa kau lakukan atau harus lakukan tentangnya. Dokter memperingatkan untuk tidak mencari perawatan medis untuk menumbuhkan jenggot karena adanya efek samping tak menyenangkan, seperti jerawat penyebab bekas bopeng, masalah liver dan kebotakan.
Sangat menarik bahwa pria yang lebih sensitif terhadap testosterone lebih cenderung menjadi botak. Jadi jika kamu sekarang dikelilingi orang eksentrik berjenggot tebal dan merasa rendah diri, kamu akan merasa terhibur dengan kenyataan bahwa setidaknya kamu lebih kecil kemungkinan akan mengalami kebotakan, karena jenggot tebal biasa menjadi botak setelah berumur lanjut. Mungkin contoh yang lumayan tepat adalah Prince William dari Inggris.


Catatan kecil: Jika kamu tak bisa tumbuh jenggot dan belakangan ini membaca bahwa jenggot dipenuhi bakteri yang sama dengan bakteri pada kotoran manusia dan kamu menemukan penghiburan dari sana, Aku benci menghancurkannya, bahwa berita itu tidak seluruhnya akurat. Kebenarannya, seperti yang dicatat Science of Us, pada dasarnya semua hal hal dipenuhi dengan bakteri kotoran manusia, bukan hanya jenggot. Kadang ketidaktahuan justru bisa jadi penghiburan.
Walau jenggot tidak dipenuhi kotoran, paling tidak kamu punya rambut yang bisa kamu pelihara. Dan jika kamu kebetulan menjadi botak, paling gak kamu mungkin bisa menumbuhkan jenggot tangguh.
Apapun itu, apa yang ada dalam dirimulah yang berharga, bener gak?








Sumber artikel : http://www.cerpen.co.id - http://hello-pet.com

Posting Komentar

Hai Pembaca, silahkan berikan komentar terbaik anda tentang postingan ini Terima kasih...