Mbah Asrori, begitulah sebutan akrab kakek yang berusia 92 tahun ini. Ternyata disekitar kita masih ada orang-orang yang memberikan teladan dan inspirasi bagi hidup ini seperti yang pernah dicontoh oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya.
Diusia yang semakin senja, kakek warga kota Semarang, Jawa Tengah tersebut baru-baru ini menjadi sosok yang begitu bersahaja dalam kesederhanaan hidupnya ditengah-tengah hiruk pikuk ekonomi masyarakat Indonesia. Hal inilah yang disampaikan pegiat sedekah Saptuari.
Jaman sekarang gampang ketemu orang umur baru 40-50 an tapi udah ringkih dan penyakitan. Kayaknya sih orang kaya, hidup mewah, tapi uangnya kesedot buat berobat kesana-sini. Wajahnya kuyu tak bergairah, lesu kayak kurang darah. Tampak menua lebih dari umur mereka, seolah dunia hanya penuh masalah saja..
Beda dengan yang ini, 24 Juni lalu saya tahluk di depannya, di parkiran bandara Halim Jakarta saya cium tangannya. Mbah Ahmad Asrori, pejuang sedekah dari Semarang ini tegap melangkah, seolah osteoporosis enggan nemplok di tubuhnya. Jalannya benar-benar tegap, melangkah dengan mantap, mau tau umurnya? 92 tahun!!
Lelaki inilah yang menghebohkan tulisan di berbagai blog dan berita, orang yang konsisten selama puluhan tahun membagi-bagi nasi tiap hari jumat. Gak tanggung-tanggung, 150 bungkus dibagi dari uangnya sendiri, rejekinya hasil dari mengajar mengaji. Dengan sepedanya mbah Asrori berkeliling membagi nasi itu, gak sampai 1 jam nasi itu ludes terbagi..
Masya Allah… Ini bukan hanya sekali dua kali kayak mahasiswa yang bikin kegiatan bagi nasi pas acara dies kampusnya sambil heboh selfi disana-sini, sedekah pribadi ini dilakukan puluhan tahun.. Sendirian!! Fighter! Pejuang sedekah sejati..
Ketika saya tanya apa rahasia panjang umurnya?
“Koe kudu sedekah, silaturahim, lan moco Al Quran” jawab Mbah Asrori.
Beliau melanjutkan, tiap sore beliau mengajar ngaji untuk anak-anak di
kampungnya hingga malam. Kalo siang hari beliau senang berkeliling
kemana saja, bertemu dan menyapa banyak orang, tersenyum lebar walau
gigi tak lagi punya. Sakitpun seolah enggan singgah di tubuhnya.
“Sopo sik nandur bakalan panen” kata beliau lagi.
siapa yang menanam kebaikan akan panen kebaikan dan keberkahan, begitu
juga sebaliknya yang menanam keburukan, akan datang saatnya panen
keburukan.
Mbah Asrori masih dan kuat bersepeda kemana-mana tiap hari, seperti biasa setiap hari Jum’at beliau selalu membagikan nasi bungkus berupa nasi kuning komplit dengan lauk pauk yang lezat kepada tukang becak, pemulung, atau siapapun yang membutuhkan makan.
Mbah Asrori yang hidup sebatangkara ini paling tidak menyumbang 150 bungkus nasi kepada sesama, beliau tidak punya penghasilan yang menentu karena kesehariannya selain sebagai tukang pijat, juga sering mengajar ngaji sore hari. Setiap bulan beliau menyisihkan minimal 400rb untuk sedekah setiap Jum’at itu, walaupun saya tahu penghasilan beliau tidak menentu, kisahnya.
Menariknya, kehidupan Mbah Asrori yang kini berumur mencapai 1 abad tersebut masih begitu luar biasa semangat dalam menjalani hidupnya. “Pantang bagi beliau untuk mengemis dan beliau lebih suka sedekah ke orang yang membutuhkan, dan tidak lupa kemana-mana beliau selalu bawa radio kecil dengan selalu menyetel channel radio Masjid Agung di Semarang.
Sejak lima tahun silam, Mbah Asrori pun telah mampu menunaikan kewajiban akhir dalam rukun Islam, yakni melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Secara logika dengan penghasilannya beliau tidak akan mampu menabung biaya haji, namun Allah mampukan beliau.
Benar sabda Rasulullah, barangsiapa senang bersedekah dan silaturahim maka Allah akan panjang umurnya dengan barokah rezeki tiada disangka-sangka.
Semoga KISAH INSPIRATIF dari sosok Mbah Asrori ini mampu memberikan inspirasi bagi kita, khususnya yang masih muda. Wassalam, semoga bermanfaat…
Sumber artikel : http://www.cerpen.co.id - http://hello-pet.com
Posting Komentar
0 komentar
Hai Pembaca, silahkan berikan komentar terbaik anda tentang postingan ini Terima kasih...