Pemakaman Tama, Kucing Kepala Stasiun di Jepang, Berlangsung Khidmat Hello-pet
Dalam kesedihan mendalam akhir pekan kemarin, ribuan orang memberikan penghormatan terakhir
untuk seekor kucing yang menjadi penyelamat kehancuran finansial perkeretaapian Jepang.
Kurang lebih 3.000 orang, termasuk para pejabat perkeretaapian, menghadiri pemakaman ala Shinto untuk Tama si kucing Minggu kemarin, beberapa hari setelah kematiannya yang disebabkan oleh gagal jantung pada usia 16 tahun, setara dengan 80 tahun usia manusia.
Tama menjadi kucing paling terkenal di Jepang setelah dia dianugerahi jabatan kehormatan sebagai kepala Stasiun Kishi di daerah pedesaan Perfektur Wakayama, Jepang barat, pada tahun 2007.
Sebelumnya, para pelayat berbondong-bondong pergi ke stasiun untuk menyaksikan topi kepala stasiun yang pernah dipakai oleh Tama. Topi ini menjadi sejarah bangkitnya jalur kereta api Kishigawa yang sebelumnya sepi dan terlilit hutang yang besar.
Sebelum Tama diangkat sebagai kepala stasiun, jalur kereta api sepanjang 14,5 km ini menderita kerugian 500 juta yen (Rp 54 miliar) per tahun di mana hanya 5.000 penumpang yang menggunakan jasa ini per hari.
Tama diangkat ketika pegawai terakhir diberhentikan untuk memotong anggaran pada tahun 2006. Di tahun pertama penugasannya, jumlah penumpang meningkat 10,2 persen menjadi 2,1 juta orang. Efek diangkatnya Tama ini secara keseluruhan telah menyumbangkan pendapatan sebanyak 1,1 miliar yen (Rp 120 miliar) bagi perekonomian lokal.
Dedikasinya telah membuat Tama dianugerahi gelar dewi Shinto, sesuai dengan apa yang dipraktikkan oleh agama Jepang ini dalam menghormati jasa-jasa kucing ini. Dia akan dimakamkan di sebuah kuil terdekat Agustus nanti, demikian disampaikan oleh Mitsunobu Kojima, presiden Wakayama Electric Railway.
Kojima mengatakan Tama sebelumnya telah mencatatkan namanya dalam sejarah sebagai satu-satunya kucing di dunia yang menjadi kepala stasiun setelah diberhentikannya pegawai terakhir pada tahun 2006.
“Ternyata dia menjalankan tugasnya dengan baik,” kata Kojima. “Tama benar-benar menjelma menjadi seorang penyelamat, seorang dewi. Suatu kehormatan telah bisa bekerja bersama dengannya.”
Dalam pidato berkabungnya, Gubernur Wakayama Yoshinobu Nisaka menggambarkan Tama sebagai seorang megabintang pariwisata yang terkenal hingga ke luar Jepang. “Saya menyampaikan duka mendalam dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kata beliau.
Di masa dimana struktur ketenagakerjaan Jepang yang berubah dengan cepat, Tama menjalankan karirnya secara lebih tradisional, mendapatkan promosi karena dia merupakan pegawai yang paling senior yang tersisa sepanjang delapan tahun pengabdiannya.
Setelah menapaki posisi sebagai kepala stasiun, dia kemudian diangkat sebagai wakil presiden perusahaan kereta api tersebut. Dia kemudian diberi jabatan anumerta Minggu kemarin sebagai kepala stasiun abadi.
Yoshiko Yamaki, juru bicara perusahaan kereta api tersebut, mengatakan kucing ini menderita infeksi sinus dan telah dirawat oleh pemiliknya sebelum menghembuskan napas terakhirnya.
“Ketika kami menjenguknya bersama presiden perusahaan sehari sebelum kematiannya, dia berdiri dan mengucapkan ‘meong’ seolah-olah ingin bapak presiden menggendongnya,” kata Yamaki.
Kerjasama stasiun ini dengan kucing sepertinya tidak akan berhenti dengan kematian Tama. Perusahaan ini mengatakan telah memilih seorang kandidat dari jenis yang sama, yang bernama Nitama, untuk menggantikannya.
Sumber artikel : http://www.cerpen.co.id - http://hello-pet.com
Posting Komentar
0 komentar
Hai Pembaca, silahkan berikan komentar terbaik anda tentang postingan ini Terima kasih...