0





Wanita memang makhluk emosional. Tetapi mengacu pada penelitian terkini, pria juga bisa menajdi lebih emosional daripada wanita. Satu-satunya perbedaan adalah pria bisa menyembunyikannya lebih baik.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh para ahli syaraf di Mindlab, pria sebenarnya lebih sensitif daripada wanita ketika disodorkan rangsangan emosional.
Penelitian mengambil grup yang terdiri dari 15 pria dan 15 wanita. Mereka duduk menyimak sebuah serial video yang diharapkan bisa memicu respon emosional dan mengukur respon mereka melalui hantaran listrik pada kulit.
Isinya dikategorikan dalam 4 area: bahagia, bersemangat, menghangatkan hati, dan lucu. Hasilnya memperlihatkan bahwa pria memiliki reaksi emosi lebih kuat untuk setiap area ini. Ketika masuk ke bagian yang menghangatkan hati, pria merespon dua kali lebih banyak daripada wanita.


Ketika ditanya untuk menilai tanggapan emosional mereka terhadap konten video tersebut, para wanita menyatakan bahwa mereka sangat emosional lebih dari hasil yang ditampilkan, sementara para pria mengatakan mereka gak terlalu terhanyut perasaan meski hasil tesnya menunjukkan sebaliknya.
Dalam survei berbeda yang dilakukan oleh perusahaan yang sama, 67% dari kelompok pria ini akhirnya mengakui sebenarnya mereka lebih emosional tetapi mereka gak membiarkan perasaan itu muncul.
Kenapa ya bisa begitu?

Pria telah diajarkan untuk menjaga emosi terhadap diri mereka sendiri.

Sebenarnya di luar sana ada beberapa pria yang dibesarkan dalam lingkungan rumah yang mengedepankan kejujuran emosional. Meski demikian, kita menyadari bahwa di dunia ini kita juga telah membangun budaya yang memilih pria untuk menjaga emosi mereka.
Mereka diajarkan untuk percaya bahwa rasa sensitif bersinonim dengan kelemahan, yang tentu saja berlawanan bila kamu memikirkan hal itu.
Lebih merasakan, lebih menajamkan indera, menambah pengalaman, semakin mengerti, lebih banyak berinteraksi dengan dunia, itulah kekuatan, dan keuntungan—bukan sesuatu yang membuatmu malu.
Anak laki diajarkan untuk malu terhadap emosi yang mereka alami, jadilah mereka tumbuh menjadi pria dengan emosi yang penuh kebingungan dan penolakan.
Emosi hadir bukan untuk ditekan. Emosi gak harus ditampilkan dengan heboh hanya agar orang lain melihatnya—meski gak ada yang salah dengan itu – tetapi emosi perlu diterima dan dimengerti. Di lain pihak, memendam perasaan bisa membunuhmu.

Ego pria memengaruhi ego wanita

Apakah ini ada kaitannya dengan biologis atau memang mudah dipelajari, gak tau juga deh. Tapi rasanya yang kedua lebih bisa dipahami. Terlepas mengapa demikian, nyatanya pria memang memiliki ego lebih besar dari wanita.
Pria diperbolehkan memiliki ego lebih besar daripada wanita karena mereka memiliki kesempatan lebih banyak dari wanita.
Pria menyelesaikan lebih banyak dengan sedikit usaha karena dunia sudah mengharapkan mereka melakukannya demikian—sistem lingkungan kita memang diatur untuk mereka demikian.
Masalahnya adalah dengan lebih banyak kesempatan yang kamu punya, lebih tinggi harapanmu dan lebih besar impianmu. Hal ini meningkatkan ekspektasimu sebaik tekanan yang ada dalam dirimu agar sesuai dengan harapan itu. Dengan tujuan lebih tinggi menyebabkan kegagalan meraih harapan semakin besar dan kekecewaan juga lebih sering. Itu sebabnya, pria lebih emosional karena lebih sering gagal.

Pria tak selalu menerima ketika mereka emosi

Bertahun-tahun, pria dihancurkan secara pribadi ataupun digempur lewat media, menjadi tanpa hati, gak ngertiin wanita dan cara mereka merasa. Banyak wanita akan menggunakan cara ini sebagai argument yang mengerdilkan.
Kenyataannya adalah, pria gak mengizinkan diri mereka untuk mengerti cara wanita yang mereka cintai merasakan karena mereka gak ngerti kenapa wanita mau mengikuti aturan yang telah diajarkan untuk diikuti.
Jangan menangis. Jangan mencibir, Jangan komplen. Jadilah laki-laki tanpa emosi dan keras kepala. Pria diajarkan bahwa emosi adalah tanda kelemahan. Wanita diajarkan sebaliknya. Pria yang percaya perempuan makhluk lemah karena mereka emosional dan wanita yang diganggu terlihat lemah sehingga diajarkan untuk dirangkul.
Para gadis sayang pada bayi bohongan yang disebut boneka. Mereka bermain rumah-rumahan, pesta teh, sementara pria berlomba, bermain video games penuh kekerasan, bergulat, dan lainnya. Kemudian semuanya berubah. Pria menjadi lebih menerima emosi yang mereka dapatkan dan semakin terbuka, sementara wanita menjadi lebih mandiri, lebih terbuka membicarakan seks, dan lebih segala sesuatunya menjadi serba terbalik.
Sekali saja kita berhenti berlagak mengesankan orang, kita akan menemukan keseimbangan yang baik.
sumber cowok emosional dari EliteDaily

 





Sumber artikel : http://www.cerpen.co.id - http://hello-pet.com

Posting Komentar

Hai Pembaca, silahkan berikan komentar terbaik anda tentang postingan ini Terima kasih...