0





Seorang wanita Prancis yang membunuh delapan bayinya yang baru lahir dijatuhi hukuman penjara selama sembilan tahun. Dominique Cottrez membela dirinya di sebuah pengadilan di Douai, Prancis utara, bahwa dia melakukan itu sebagai salah satu cara kontrasepsi.

Selama persidangan seminggu penuh, dia mengaku mendapatkan bayi-bayi itu dari ayahnya sendiri dan merasa takut menemui dokter untuk mendapatkan alat kontrasepsi konvensional. Cottrez harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara jika tuntutan jaksa selama 18 tahun dikabulkan.

Namun, Cottrez meminta untuk dikurangi hukumannya dan menangis terharu ketika mendapatkan hukuman yang relatif lebih ringan. Setelah berunding selama lima jam, juri yang terdiri dari sembilan orang menolak tuntutan pembunuhan anak berencana. Mereka juga sepakat kalau Cottrez menderita kelainan jiwa.


Mantan asisten perawat yang telah mengabdi selama 20 tahun ini telah menjalani masa penahanan selama lima tahun, dan dia bisa saja mendapatkan kebebasan pada tahun ini. Obesitasnya telah membuat kehamilannya tidak terdeteksi, bahkan juga tidak diketahui oleh mendiang suaminya dan kedua putrinya yang telah dewasa.

“Setiap saat, saya berharap semoga Tuhan memberiku keajaiban. Ada sesuatu yang menggerakkan tubuhku untuk melakukannya, dan kurasa aku memang harus mendapatkan perawatan,” kata Cottrez.

Cottrez mengatakan ayahnya pertama kali melecehkannya ketika ia berusia 8 tahun, dan mereka telah melakukan hubungan seks selama bertahun-tahun. Hubungan rahasia ini tetap berlangsung setelah ia menikah, dan ia lebih mencintai ayahnya yang seorang petani, Oscar Lempereur, ketimbang suaminya, Pierre-Marie Cottrez.


Cottrez menolak delapan tuntutan pembunuhan tingkat pertama, memberikan alasan kepada jaksa penuntut bahwa ia tidak pernah mempertimbangkan untuk melakukan aborsi karena merasa takut kepada dokter. Akhirnya, membunuh menjadi alat kontrasepsinya, dan obesitasnya membuatnya bisa menyembunyikan kehamilannya dari suami, keluarga, teman dan tetangganya.

Leonard Meriaux, yang membeli rumah keluarga Cottrez pada tahun 2010 bersaksi ia menemukan sesosok mayat mungil ketika mencangkul kebun di sebelah kolam bebek. Dia pun memanggil pihak kepolisian dan menemukan sesosok mayat lain di kebun dan enam lainnya terbungkus plastik sampah di garasi.

Cottrez, sekarang ia sudah menjadi seorang nenek, mengakui semua perbuatannya kepada polisi, membuatnya menjadi kasus pembunuhan anak paling mengerikan sepanjang sejarah Prancis.


Walaupun terbelit skandal, dua putrinya yang telah dewasa tetap setia mendampinginya, menyebutnya sebagai seorang ibu terbaik yang pernah ada. Dengan dukungan mereka yang luar biasa, Emeline dan Virginia, yang masing-masing telah memiliki anak, mengatakan dengan kompak bahwa ibunya adalah contoh seorang ibu yang selalu memberikan dukungan kepada mereka setiap waktu. Emeline sendiri tinggal bersama ibunya di Villers-au-Tertre bersama putranya yang berusia 7 tahun.

“Kami merasa heran bagaimana ia bisa menerima dua cucunya sementara kejadian ini berlangsung, tapi kami tetap akan membela ibu kami,” kata Virginia.

Secara mengejutkan, hasil tes ternyata membuktikan bahwa semua mayat bayi tersebut merupakan anak suaminya, Pierre-Marie Cottrez. Beberapa bayi tersebut dilahirkan pada saat ia sedang tugas ke luar kota.

“Dia ditahan dalam kondisi psikologi yang terganggu. Baginya anak-anak ini tidak memiliki identitas. Mereka hanyalah hasil dari sebuah hubungan sedarah dengan ayahnya,” kata Frank Berton, salah seorang pengacaranya.

“Ini bukanlah kasus menolak kehamilan, tetapi menolak kehadiran seorang anak. Ny. Cottrez menggunakan pembunuhan sebagai alat kontrasepsi,” kata Yves Crespin, pengacara bagi kelompok perlindungan anak yang tergabung dalam tim penuntut.

Pembunuhan itu sendiri terjadi di bagian utara desa Villers-au-Tertre, dekat Lille, antara tahun 1989 sampai 2007. Otopsi yang dilakukan pada bayi-bayi malang itu tidak menemukan adanya luka, diduga mereka dicekik.


Pada Maret 2010, Celine Lesage dijatuhi hukuman 15 tahun penjara setelah mengaku membunuh enam bayinya di Rouen. Dan pada 2009, Veronique Courjault dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena membunuh tiga anaknya.





Sumber artikel : http://www.cerpen.co.id - http://hello-pet.com

Posting Komentar

Hai Pembaca, silahkan berikan komentar terbaik anda tentang postingan ini Terima kasih...